Memaknai Kemenangan Dalam Berdakwah

Berdakwah atau usaha menyeru kepada Islam diharapkan mendapatkan keberhasilan atau kemenangan. Namun istilah menang dalam berdakwah adalah  berbeda dengan menang dalam  kegiatan selainnya. Disebut menang dalam berdakwah, adalah manakala  orang-orang yang diseru kepada agama Allah yang dibawa oleh Muhammad  bersedia mengikuti ajaran yang mulia itu.  

  Sedangkan tujuan akhir dari mengikuti agama Allah,  adalah agar berhasil meraih keselamatan, kebahagiaan, keagungan,  dan kemuliaan,  baik di dunia dan diakherat.  Dengan ber-Islam  maka tujuan tersebut  akan diraih. Karena agama ini  mengajarkan tentang keyakinan terhadap Tuhan, Dzat Yang Maha Pencipta atau keimanan, amal shaleh,  dan akhlakul karimah. Orang yang beriman, beramal shaleh dan berakhlak mulia, di mana dan kapan pun akan selamat dalam pengertian yang seluas luasnya.      Islam adalah ajaran yang membawa ummatnya  kepada posisi yang   menguntungkan,  menyelamatkan,  dan membahagiakan bagi semua. Oleh karena itu, kemenangan dalam berdakwah, adalah tatkala seseorang daí berhasil menjadikan orang-orang yang diseru  meraih keberuntungan,  dalam arti mengusai ilmu pengetahuan, menjadi lebih unggul, berkeadilan,  memiliki kekokohan spiritual oleh karena mejlankan rirual secara baik,  dan mampu menunaikan pekerjaan secara berkualitas.  Gambaran kemenangan dalam berdakwah seperti itu, maka menjadikan pengertiannya lain dari  kemenangan dalam kontek kegiatan lainnya. Kemenangan dalam berperang misalnya, diraih tatkala lawan-lawannya takluk padanya dan bahkan mati atau musnah. Menang dalam bertinju adalah manakala lawannya jatuh tersungkur dan tidak bisa bangkit lagi. Menang dalam sepak bola manakala  timnya berhasil memasuikkan bola lebih banyak ke gawang lawan. Menang dalam berjudi adalah manakala berhasil mengambil alih harta lawannya, dan seterusnya.   Kemenangan dalam berdakwah justru tatkala orang lain menjadi beruntung, derajadnya naik, menjadi lebih pintar, menjadi lebih maju, bahagia dan selamat. Sehingga berdakwah sama artinya dengan membangun, menolong, memajukan, memintarkan, menyelamatkan bagi siapapun. Keberhasilan dakwah manakala keadaan menjadi lebih maju, selamat, dimanis dan membahagiakan bagi semuanya.   Menyeru kepada kebaikan atau berdakwah  ternyata tidak mudah.  Demikian itu pula, hal itu dialami  oleh Rasulullah sendiri. Muhammad saw., sepanjang sejarah  perjuangannya, sekalipun telah berbekal akhlak yang mulia ternyata ia selalu  mendapatkan perlawanan secara terus menerus, hingga tatkala hijrah ke Madinah.  Tawaran atau uluran tangan kebaikan tidak selalu mendapatkan  respon yang semestinya dan bahkan  penolakan yang keras.  Kesulitan  itu terjadi, oleh karena pada umunya orang tidak mau berubah dari kebiasaan semula sekalipun  tradisi lama yang dijalani tidak menguntungkan  terhadap  dirinya sendiri. Selain  itu juga disebabkan oleh karena  pada umumnya orang tidak mau ada selainnya yang  lebih unggul, lebih tahu, lebih berpengaruh,  dan apalagi mengancam otoritasnya. Inilah yang harus dihadapi oleh para pendakwah.  Melakukan kekeliruan dalam melakukan pendekatan,  maka akan berakibat fatal  terhadap  usaha-usahanya itu.   Oleh karena itulah maka dalam berdakwah harus memiliki modal yang kuat dan mulia, yaitu bahwa dalam berdakwah harus berbekalkan niat  yang mulia, yaitu  untuk mengagungkan asma Allah.  Selain itu, dalam berdakwah harus berbekalkan pula dengan kesabaran. Disebutkan dalam al Qurán bahwa “Warobbaka fakabbir dan  juga walirabbika fashbir.     Berdakwah dengan makna seperti itu, maka semestinya tidak dilakukan dengan kekerasan, pemaksanaan,  dan apalagi  lebih keras dari itu,  dengan pembunuhan misalnya.  Islam tidak boleh dipaksanakan kepada siapapun. Tidak ada pemaksanaan dalam agama.  Oleh karena itu, kemenangan dalam berdakwah,  adalah tatkala   menyeru orang kepada kebaikan dan kemuliaan  kemudian berhasil. Sebaliknya, kemenangan berdakwah bukan tatkala berhasil melumpuhkan, menjatuhkan, menyengsarakan,  atau bahkan mematikan  orang lain. Jika hal terakhir itu yang terjadi, maka justru disebut telah gagal dalam berdakwah. Wallahu a’lam.        

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share