Seringkali mahasiswa bertanya tentang kunci sukses dalam hidup. Mungkin para penanya itu menganggap bahwa kehidupan saya tergolong sukses. Mereka melihat yang demikian itu, karena mengetahui bahwa saya cukup lama memimpin perguruan tinggi dan kampus yang saya pimpin mengalami perubahan yang cukup bisa dilihat.
Menjawab pertanyaan sederhana itu, ternyata tidak mudah. Sebab saya sendiri juga tidak pernah merasa memiliki atau menggunakan kunci yang dimaksudkan itu. Bagi saya hidup ini saya jalani secara biasa-biasa saja, bagaikan air mengalir. Tidak ada sesuatu yang saya rekayasa, agar segera sampai di tempat tujuan. Menurut hemat saya, setiap orang selalu menjalani hidup dalam kontek sejarahnya. Sedangkan sejarah itu, tidak akan bisa diulang kembali. Oleh karena itu, setiap orang akan menjalani hidupnya secara unik. Artinya, jalan hidup itu hanya dijalani oleh yang bersangkutan. Tidak akan ada orang yang jalan hidupnya sama persis dengan orang lain. Namun demikian, pengalaman hidup itu kiranya penting untuk diketahui, walaupun tidak akan bisa dijalani secara sama. Orang yang mengetahui banyak tentang pengalaman hidup, akan menambah kepercayaan diri dan semangat. Selain itu, pengalaman hidup juga bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi, petunjuk atau obor dalam menjalani kehidupan. Untuk menjawab pertanyaan seperti itu, saya mencoba merenungkan kembali perjalanan hidup saya. Dari merenungkan sejarah hidup itu, ——–yang sebentar lagi sudah hampir genap 60 tahun, akhirnya saya menyimpulkan bahwa bekal penting dalam kehidupan ini adalah mental sukses. Menjaga khusnudhan dalam setiap keadaan. Selama ini, saya selalu melihat bahwa masa depan itu adalah indah. Keindahan itu dapat dicapai oleh siapapun, termasuk saya sendiri selalu percaya akan bisa meraihnya. Bagi saya setiap orang adalah sama, dan kalau ada perbedaan, itu hanya sebatas kurang atau lebih yang tidak seberapa. Atas dasar pandangan itu, maka jika ada orang sukses, maka saya pun juga bisa mengalami hal yang sama. Saya selalu mengembangkan mental optimis, sukses, menang atau berhasil. Saya juga selalu membayangkan bahwa, banyak sekali orang baik yang akan membantu dan bersedia bekerja sama. Oleh karena itu, saya tidak pernah mau meninggalkannya dan apalagi memusuhi. Orang lain semua adalah aset untuk meraih sukses. Sebaliknya, saya tidak pernah mengembangkan jiwa atau mental tidak percaya diri, suúdhan, pesimis dan rendah diri. Jika mental negative itu yang saya tumbuhkan, maka yang terbayang adalah hambatan, kekurangan, kesulitan, dan sejenisnya. Anehnya, bayangan negative itu seringkali benar-benar menjadi kenyataan. Contohnya mudah saja. Ketika seseorang akan berpidato di atas podium, dan yang terpikir adalah bahwa dirinya baru berlatih, tidak fasih dalam berbicara, takut lupa materi yang akan disampaikan, maka ternyata yang terjadi adalah persis seperti apa yang dibayangkan sebelumnya itu. Lain halnya misalnya, tatkala akan maju berpidato, merasa cakap, percaya diri, merasa mampu menjelaskan isi pikirannya secara jelas, menguasai bahan yang akan diceramahkan, maka sekalipun ia masih dalam taraf berlatih, akan tidak kelihatan canggung. Oleh karena itu sebenarnya, apa yang terjadi pada diri seseorang adalah apa yang tergambar pada pikiran dan hati yang bersangkutan sebelumnya. Orang yang pesimis, tidak percaya diri, merasa akan gagal, semua buntu, maka yang terjadi kemudian adalah persis sebagaimana gambaran itu. Oleh karena itu, selama ini saya tidak pernah mengembangkan sikap-sikap pesimistik. Sebaliknya yang saya kembangkan adalah sikap-sikap batin optimisme. Dengan begitu saya menjadi bersemangat, percaya diri, optimis, dan ternyata inspirasi pun selalu muncul tanpa diundang dan dicari. Berbekalkan sikap positif seperti itu, maka jiwa dan mental menjadi sehat. Banyak orang menjadi percaya, membantu, dan bekerja bersama-sama. Akhirnya yang terasa bahwa, dunia ini sangat menyenangkan, indah, aman, dan tidak ada musuh yang perlu dikhawatirkan. Berangkat dari pandangan seperti itu, maka saya berkesimpulan bawa kunci keberhasilan hidup itu adalah mental atau jiwa sukses itu sendiri. Seseorang yang berhasil merumusan cita-cita masa depannya, tahu jalan yang seharusnya dilalui, bekal yang harus dibawa, jaringan yang harus dibangun dan juga pengetahuan tentang halangan dan cara mengatasinya, maka ia akan sukses. Itu saja, kunci keberhasilan hidup itu. Dan, sebagai seorang muslim, tentu memiliki pedoman hidup yang harus selalu dipegangi, yaitu al Qurán dan hadits nabi. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang