Setahun terakhir bangsa ini dibikin capek oleh pelaksanaan pemilu, baik pemilu legislatif maupun eksekutif, atau pemilihan wakil-wakil rakyat yang duduk di DPRD dan DPR, maupun pemilu presiden dan wakil presiden. Lebih capek lagi, bagi rakyat Jawa Timur, karena belum lama sebelumnya telah melalukan pemilihan Gubernur hingga dua kali putaran dan bahkan di beberapa kabupaten, khususnya di Madura hingga tiga kali putaran. Ketika itu orang di mana-mana bicara tentang caleg dan siapa capresnya. Rakyat yang sehari-hari harus capek bekerja mencari rizki, masih dibebani lagi dengan kegiatan politik, setidak-tidaknya pemilihan para calon pemimpin. Untung sekali, pilpres tahun 2009 berhasil dilakukan satu kali putaran, sehingga energi rakyat bisa dihemat. Rakyat bisa segera kembali memikirkan kehidupan sehari-hari sebagaimana sedia kala. Mereka yang bertani segera memikirkan sawah, kebun dan ladangnya. Bagi mereka yang bekerja sebagai nelayan, segera kembali ber konsentrasi ke perahu dan jaringnya, dan begitu juga mereka yang berdagang, segera memikirkan kulakan dan selanjutnya menjual barang dagangannya. Sedemikian baiknya rakyat negeri ini, maka siapapun wakilnya dan siapapun presidennya asalnya sudah dipilih berdasarkan kesepakatan atau undang-undang yang syah, maka mereka biasanya tidak akan mempersoalkan hasil akhirnya. Rakyat biasanya mengerti jika di sana sini ada kekurangan. Mereka biasanya mengatakan, bahwa bekerja dengan melibatkan sedemikian banyak orang, sehingga ditemukan kekeliruan, maka akan dianggap wajar. Apalagi, pemilu yang dipandang sebagai sebuah permainan, yakni permainan politik, maka wajar saja kalau sama-sama menuding terjadi saling melakukan kesalahan. Namanya saja permainan. Dalam setiap permainan semua pihak selalu berusaha mendapatkan kemenangan. Maka, mereka menyusun strategi pemenangan itu. Di antara mereka yang bersaing tidak akan ada yang bermain lugu, dan jika itu dilakukan pertanda kurang cerdas dan akhirnya kalah. Oleh karena itu sikap-sikap rakyat segera meninggalkan persoalan itu, kemudian beralih kepada aktivitas mereka sehari-hari, justru lebih tepat. Segera menerima dan melupakan berbagai hal terkait dengan pemilu lebih menguntungkan. Tokh semua sudah dijalankan sesuai dengan ketentuan. Jika terjadi kesalahan atau kekeliruan dipandang sebagai hal wajar. Yang terpenting, pemilu dijalankan. Para wakil rakyat telah dipilih dan demikian juga presiden baru. Semua aspirasi rakyat dengan beberapa calonnya masing-masing sudah ditampilkan. Semua calon pemimpin sudah dipilih. Dan berdasarkan azas demokrasi bahwa pasangan yang mendapatkan jumlah suara yang terbanyak, maka itulah pemimpinnya, yakni pemimpin bagi semua rakyat. Hasil kerja keras oleh semua rakyat itu, maka seharusnya disyukuri. Pikiran, tenaga dan biaya besar yang dikeluarkan untuk pemilu, ternyata telah menghasilkan pemimpin baru. Diharapkan dengan pemimpin baru pilihan rakyat, maka bangsa ini semakin maju. Pendidikan semakin merata dan meningkat kualitasnya, ekonomi semakin membaik, lapangan pekerjaan semakin terbuka, demokrasi semakin tumbuh dan berkembang, kesadaran beragama masyarakat semakin berkembang, para pemimpin dan juga rakyat semakin sadar atas pentingnya persatuan dan kesatuan sebagai kunci utama kemajuan bangsa dan seterusnya. Mengikuti logika kitab suci, bahwa berbagai keinginan benar-benar akan diraih, manakala bangsa ini mau bersyukur atas nikmat yang telah diterimanya itu. Logika agama Islam, tidak membolehkan orang berlama-lama meratapi kekalahan, tokh juga tidak ada yang kalah. Menyesal, dengki dan iri hati, apalagi kufur nikmat sama sekali dilarang oleh agama. Apapun hasil kerja keras itu harus disyukuri. Semua harus diterima secara ikhlas. Itulah hasil yang terbaik. Harus diyakini bahwa dengan pemimpin baru itu, maka berbagai peluang akan terbuka lebar. Apapun keadaannya jika Allah memberi kemudahan maka tidak akan ada yang mampu menghalangi, dan juga sebaliknya. Manakala pintu-pintu tertutup, maka siapapun juga tidak akan ada yang mampu membukanya. Kunci itu adalah sederhana, yaitu harus adanya kemampuan untuk bersyukur. Jika kita semua bersyukur maka Allah akan ambil bagian membuka pintu-pintu berkah itu. Pertanyaannya, bagaimana mensyukuri nikmat itu. Rasa syukur itu semua tumbuh di hati, terbaca dalam ucapan, dan termanivestasi dalam tindakan. Secara sederhana orang yang bisa bersyukur akan menunjukkan kegembiraan dan keikhlasannya, mengatakan sesuatu yang menyenangkan semua orang, dan melakukan hal-hal yang produktif, amal sholeh, dan bermanfaat bagi dirinya dan juga orang lain. Memang jika ini dilakukan oleh siapapun, pada tingkatan kelompok atau masyarakat manapun, maka masyarakat itu akan sehat, baik jasmani dan rokhani. Siapapun yang dalam keadaan sehat, maka berbagai potensi akan berkembang dan dampaknya keberhasilan hidup akan terbuka luas. Sikap-sikap seperti Inilah yang diharapkan tumbuh dan berkembang, setelah pemilu ini, sebagai wujud bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang