https://blud.co.id/
https://feb.unwiku.ac.id/js/
https://poltes.ac.id/.well-known/public/
https://bbpkciloto.or.id/sertifikasi/eco_fonts/
BAB 6. TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR – Media Pendidikan
Wednesday, 18 September 2024
above article banner area

BAB 6. TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR

 

 
 

 
 

BAB 6. TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR

 
Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan itu. Jika Anda bekerja dalam situasi pada saat pimpinan Anda memiliki kekuasaan yang besar, kemudian tuturan pimpinan Anda dalam pernyataan (1) mempunyai makna yang lebih dari sekadar sebuah pernyataan.
 
(1) Anda dipecat.
 
Tuturan dalam (1) dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu tindakan mengakhiri pekerjaan Anda. tetapi, tindakan-tindakan yang ditampilkan dengan tuturan tidak harus dramatis atau menyakitkan seperti dalam (1). Tindakan itu dapat lebih menyenangkan seperti pujian yang diperlihatkan dengan (2a), pengantar ucapan terima kasih dalam (2b), atau ungkapan rasa terkejut dalam (2c).
 
2a. Anda sangat menyenangkan.
2b. Terima kasih kembali.
2c. Gila kau!
 
Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji, atau permohonan.
 
Istilah-istilah deskriptif untuk tindak tutur yang berlainan digunakan untuk maksud komunikatif penutur dalam menghasilkan tuturan. Penutur biasanya berharap maksud komunikatifnya akan dimengerti oleh pendengar. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini, termasuk juga tuturan-tuturan yang lain, disebut peristiwa tutur. Dalam banyak hal, sifat peristiwa tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika menampilkan suatu tindak tutur khusus. Pada suatu hari di musim dingin, penutur menggapai secangkir teh, karena yakin bahwa teh itu baru saja dibuat, ia menghirupnya dan menghasilkan tuturan dalam (3). Peristiwa ini kelihatannya ditafsirkan sebagai suatu keluhan.
 
(3) Teh ini benar-benar dingin!
 
Dengan mengubah  keadaan menjadi suatu hari yang sangat panas, ketika penutur diberi segelas es teh oleh seorang pendengar, lalu ia menghirupnya dan menghasilkan tuturan dalam (3), tuturan itu mungkin ditafsirkan sebagai suatu penghargaan. Jika tuturan yang sama dapat ditafsirkan sebagai dua macam tindak tutur yang berbeda, maka jelaslah tidak satupun tuturan yang secara sederhana memungkinkan adanya hubungan tindakan. Ini juga berarti bahwa terdapat lebih banyak yang ditemukan dalam penafsiran tindak tutur dari pada makna yang terdapat dalam tuturan itu.
 
Sumber: Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 

 

 

 

0 komentar:

 

Poskan Komentar

 

 

 
 

 

 

 

 
Share
below article banner

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *