Dasar-Dasar Kepenulisan1
Donny Syofyan2
Menulis adalah sebuah aktivitas “mengikat makna”, demikian penuturan Hernowo yang kemudian menjadi judul bukunya dan termasuk kategori best-seller (Kaifa, 2001, cetakan kelima). Sementara Imam Ali bin Abi Thalib menyatakan r.a., “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Merujuk kepada dua aksioma di atas, saya ingin mengatakan bahwa kita baru akan memperoleh ilmu secara efektif apabila hal-hal yang masuk ke kepala kita—lewat membaca buku, mendengarkan ceramah, atau mendapatkan informasi dari pelbagai sumber—dapat kita rumuskan secara tertulis.
Menulis, karenanya, memainkan fungsi “menghidupkan” ilmu yang telah kita peroleh dari pelbagai sumber. Ilmu tak akan berkembang bila tidak mengalami proses rekonstruksi dan reproduksi. Ketika kita membaca buku, mendengarkan ceramah atau turut berdiskusi, lantas menimbulkan perubahan pada sikap dan wawasan, itu disebut sebagai proses transformasi. Tapi, tatkala bacaan yang kita baca, ceramah yang kita dengar atau diskusi yang kita ikuti ditulis—seusai melewati proses penelaahan dan perenungan—ini dinamakan proses rekonstruksi dan reproduksi. Rekonstruksi bermakna memadukan kembali jepretan-jepretan (snapshots) makna atau pesan dalam sebentuk pemahaman holistik, sementara reproduksi lebih kepada upaya “mem-follow up-i” output pemahaman tersebut setelah mengalami pengayaan perspektif dan critical assesment.
Fakta, Interpretasi, dan Opini
Dalam menulis tulisan, kita perlu membedakan tiga hal yang berbeda namun sesungguhnya saling memperkuat.
Fakta adalah kenyataan yang ada sesuai dengan data sebenarnya. Fakta bukan buah pikiran atau pernyataan. Namun demikian, buah pikiran atau pernyataan bisa berubah menjadi fakta asalkan dilatarbelakangi oleh peristiwa yang sebenarnya. Interpretasi adalah hasil pemikiran berupa pemahaman, pengertian, atau penafsiran. Boleh jadi, pemahaman, pengertian, atau penafsiran orang satu sama lainnya akan berbeda. Opini adalah pendapat atau pandangan seseorang atau kelompok terhadap masalah atau peristiwa yang dihadapi.
Judul Tulisan
Pengalaman saya sebagai penulis, yang pertama saya lakukan adalah menentukan topik lebih terdahulu, kemudian mencari literatur, mengungkapkan persoalan, baru memilih judul yang tepat. Karena terkadang, dari isi tulisan itulah muncul kata-kata yang tepat untuk sebuah judul. Judul sebuah tulisan sebaiknya memenuhi kriteria atraktif-baru, tidak panjang, dan punya relevansi.
Jenis Tulisan
Redaktur media massa biasanya menegelompokkan tulisan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang penusli dalam memaparkan ide atau gagasannya. Ada 5 (lima) jenis tulisan, di antaranya:
Pertama, eksploratif; tulisan yang mengungkapkan fakta-fakta berdasarkan kajian dari penulisnya. Jenis tulisan ini amat cocok untuk menguraikan penemuan-penemuan baru.
Kedua, eksplanatif; tulisan yang isinya untuk menerangkan sesuatu untuk dapat dipahami oleh pembacanya. Misalnya menjelaskan apa sih dekrit presiden dan bagaimana caranya ketika Gus Dur bermaksud mengeluarkan dekrit presiden untuk membubarkan DPR.
Ketiga, deskriptif; menggambarkan suatu persitiwa yang tengah terjadi pada masyarakat. Mirip dengan laporan atau reportase, bedanya jika laporan atau reportase cuma berdasarkan fakta saja, sebaliknya tulisan memasukkan opini di samping fakta ke dalam tulisan. Misalnya, ketika terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan aparat keamanan dalam peristiwa Semanggi di Jakarta, seorang penulis yang kebetulan melihat secara langsung lantas menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari peristiwa itu dalam satu bentuk tulisan.
Keempat, prediktif; tulisan yang berisi perhitungan atau ramalan terhadap apa yang terjadi di kemudian hari berdasarkan perhitungan penulisnya. Kelima, preskriptif; tulisan yang memberikan tuntunan kepada pembacanya untuk melakukan sesuatu sehingga tidak melakukan kekeliruan atau kesalahan. Misalnya tulisan bagaimana caranya mengurus paspor, KTP, atau SIM tanpa melalui perantara.
Bentuk Tulisan
Bentuk tulisan yang Anda pilih akan membantu Anda dalam mengumpulkan bahan, menentukan arah pesan, serta memilih kelompok pembaca yang akan mengonsumsi tulisan Anda. Inilah beberapa bentuk tulisan yang masih populer.
Pertama, how-to. Tulisan ini lebih banyak menunjukkan bagaimana mengatasi suatu masalah secara lebih baik dan efisien. Kesannya memang sedikit menggurui, tetapi disenangi oleh banyak pembaca terutama kalangan profesional. Misalnya tulisan tentang “Cara menanam Lombok dalam Pot”, “Kendala Ekspor Nonmigas Sumatera Barat”, atau “Bagaimana memilih Pasangan yang bertanggung jawab”.
Kedua, personal experience. Tulisan yang berisi pengalaman langsung dari si penulis. Pengalaman seseorang bagaimanapun bentuknya dapat menarik para untuk mengikutinya. Contoh: “Duel dengan Pencuri yang menyatroni rumahnya”, “Menyeberang Sungai dengan Seutas Tali di Pedalaman”, atau “Keajaiban Harry Potter”.
Ketiga, self-help. Hampir sama dengan how-to. Ini adalah tulisan yang menekankan pada petunjuk dan pedoman yang bersifat psikologi berdasarkan perilaku. Misalnya, “Bagaimana Mengatur Rumah Tangga yang Harmonis”, “Memanfaatkan Liburan untuk Mencari Uang”, atau “Bisnis Percakapan Trend Baru Menjual Jasa”
Keempat, profile. Tulisan yang berisi potret pribadi atau kaum profesional yang sudah dikenal (public figure). Contoh: “A’a Gym, Maestro Publik yang Memeteor”, “Jenderal Nasution Antara Karir dan Kharismanya”, dan “Pak Polisi yang Kukenal”.
Kelima, round-up, survey. Tulisan ini menggabungkan berbagai pendapat, saran, gagasan, atau komentar beberapa tokoh yang dirangkum menjadi satu untuk menanggapi berbagai persoalan yang muncul. Tulisan ini biasanya berisi komentar, renungan, informasi terbaru, petunjuk, dan saran. Misalnya: “Likuidasi 16 Bank Swasta, menurut Kacamata Ekonom”, atau “Mengapa Saddam Husein Bandel terhadap Amerika”.
Keenam, Humor. Tulisan ini berisi sesuatu yang lucu dan menarik. Biasanya termasuk kategori esai, atau kolom yang mengungkap ekspresi penulisnya. Tulisan bernada humor ini paling banyak ditulis oleh orang-orang yang sudah terkenal. Fungsi tulisan ini adalah untuk menghibur, mengkritik, tanpa harus menyakiti. Misalnya, “Gus Dur dan Amien Rais Berpantun Ria”.
Etika Penulisan
Pertama, jangan mengirimkan naskah yang sama atau mirip kepada lebih dari satu media massa.
Kedua, kirimkan tulisan Anda itu ke satu media massa terlebih dahulu, lalu tunggu barang seminggu atau dua minggu. Kalau yakin tidak dimuat, dan Anda merasa tulisan itu masih relevan, kirimkan pada penerbit yang lain.
Ketiga, dalam menulis tulisan jangan menyerang pihak lain (lembaga, aliran, atau individu).
Keempat, jangan memanfaatkan tulisan untuk kepentingan seseorang atau kelompok.
Kelima, kalau tidak sangat penting, hindari menulis tulisan secara bersambung. Sebaiknya satu masalah dikupas secara tuntas, kecuali atas permintaan redaktur yang memang menginginkan tulisan secara bersambung.
Keenam, jangan menanyakan kapan tulisan Anda dimuat bila tidak dimuat oleh sebuah penerbitan.
Ketujuh, pahami karakter media yang menjadi incaran Anda. Ikuti ke mana arah penerbitan yang Anda incar itu, Anda bisa membaca tulisan-tulisan lama yang sebelumnya sudah dimuat oleh penerbitan yang Anda incar.
Kedelapan, pahami siapa khalayak sasaran media yang Anda incar dan bagaimana kecenderungan psikologisnya
Kesembilan, sesuaikan gaya penulisan Anda dengan teknologi penulisan atau pengiriman naskah. Misalnya jika media cetak senang menerima disket, sebaiknya jangan mengirimkan naskah dalam bentuk tertulis di kertas. Gunakan disket karena akan membantu redaktur media massa dalam hal mengedit naskah Anda.
Mengenal Kerja Redaktur
Hal-hal yang biasanya dilakukan olek redaktur untuk memuat tulisan yang akan dimuatnya adalah:
Pertama, apakah topik tulisan Anda aktual dan judulnya menarik.
Kedua, apakah ada kejutan, keunikan, atau kebaruan buat judul.
Ketiga, apakah panjang tulisan Anda sesuai yang dipersyaratkan masing-masing media massa.
Keempat, apakah tulisan Anda datang tepat waktu atau mendahului waktu, khususnya tulisan yang menanggapi peristiwa yang teragenda.
Kelima, apakah tulisan Anda memiliki pendapat baru atau sekadar mengulang pendapat orang lain.
Keenam, apakah tulisan Anda memiliki sintesa antara teori dan kenyataan.
Mengenali Kelemahan
Kelemahan Penulis Senior
Pertama, karena merasa sudah mapan, penulis senior cenderung tidak tidak lagi mempelajari dan mengembangkan struktur tulisan sebagai daya tarik tersendiri. Penulis senior menganggap tulisannya sudah rutin.
Kedua, penulis lama sering menggunakan bahasa yang sudah lapuk dan klise.
Ketiga, mengulang-ulang topik dan sedikit perbaikan.
Keempat, penulis senior merasa sudah punya nama dan karya tulisnya ditunggu oleh penerbitan langganannya.
Kelemahan Penulis Pemula
Pertama, wahana berpikir kurang aktual. Penulis pemula biasanya kurang tekun mengikuti pergulatan isu yang tengah bergulir di tengah masyarakat dan lemah dalam menangkap esensi masalahnya. Ini mungkin karena kurang membaca, tidak memiliki literatur, dan kurang mengikuti perkembangan tulisan media lainnya.
Kedua, melebar. Tulisan penulis pemula biasanya hit and run alias keluyuran. Satu masalah diangkat belum diperdalam sudah mengangkat masalah lainnya. Begitu berulang-ulang sehingga tampak terlalu banyak jalan yang hendak ditempuh. Kalau sudah begitu akhirnya lupa pada kaitan dan solusi di antara sekian masalah yang difokuskan.
Ketiga, tidak memahami sudut pandang (angle). Penulis pemula cara penulisnya terlalu umum dan bersahaja sehingga membuat tulisannya dangkal dan tidak punya sudut pandang (angle). Biasanya penulis pemula tidak berani mengambil cabang atau ranting sehingga kurang mampu mengeksplorasi tulisannya.
Keempat, kurang eksplanatif dan cenderung deskriptif. Tulisan seharusnya disajikan dalam bentuk ilmiah populer, bukan ilmiah kampus. Teori hanya dikutip-kutip dan disambung-sambung, tapi belum padu dengan realitas yang dihadapi.
Gaya Penulisan
Pertama, kritis, analitis, dan eksplanatif, bukan karangan fiksi.
Kedua, hindari penggunaan bahasa/istilah teknis ilmiah, gunakan bahasa ilmiah populer, disertai penjelasan dengan bahasa yang sederhana.
Ketiga, alur pemaparan harus runtut dan logis.
Keempat, tulisan harus terfokus, terorganisasi, punya latar belakang yang jelas.
Kelima, tidak bertele-tele, bombastis atau malah vulgar.
Keenam, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah sebaiknya disertai dengan padan kata atau penjelasan.
Ketujuh, tidak menggunakan ungkapan kalimat klise/normatif.
Instrumen Dasar
Kegiatan menulis bukanlau sebuah pekerjaan tunggal, berdiri sendiri, dan terlepas dari deretan aktivitas lainnya. Pada hemat saya—setidaknya—seorang penulis perlu melengkapi dirinya pada dua ranah kemapuan: keluasan wawasan dan ketajaman analisa. Dua kekuatan ini memperkuat, melengkapi, dan menggenapi satu sama lain, bukan malah saling melecehkan, mengabaikan, atau melemahkan. Masing-masingnya ditegakkan oleh unsur-unsur penyokong dan fungsi yang bekerja secara komplementer dan korelatif.
Keluasan wawasan berguna untuk membangun perspektif, mengembangkan pemahaman dan meneguhkan keyakinan.
Membangun perspektif. Kemampuan perspektif adalah kemampuan memahami masalah. Setiap masalah harus dilihat pada kategorisasi, selektvitas dan pemetaan tertentu (politik, sosial, budaya, ekonomi, sastra, manajemen, dsb). Setiap masalah perlu diteropong dengan kategorisasi, selektvitas dan pemetaan yang jelas guna meretas pemahaman yang jernih. Dengan kata lain, membangun perspektif adalah membangun cara berpikir yang berjalan di atas dataran kategorisasi yang tegas, membuat pola pikir yang mempersepsikan sesuatu dengan lensa yang sesuai, atau mewujudkan kerangka pemikiran dengan merujuk pada embrio permasalahan.
Krisis yang melanda Indonesia sejak 1997 bukan krisis moneter seperti yang banyak dikatakan berbagai pihak. Keamburadulan yang menggerogoti bangsa kita adalah buah dari prilaku bangsa kita sendiri. Segudang undang-undang dibuat, setumpuk peraturan dilanggar. Membuat peraturan berarti melanggar peraturan. Polisi yang diharapkan meretas dialog yang on-line dengan denyut nadi masyarakat malah menjadi kaki tangan penguasa. Polisi sibuk menguber-uber izin pertunjukan, bukan menghaluskan budi pekerti bangsa. Dari penelitian LP3S diketahui 20% penduduk Jakarta pernah bermain judi, dengan omzet untuk judi kelas kakap 2-10 miliar setiap hari. Pada sisi lain, menurut penelitian Gowa, bantuan Presiden (Banpres) 1997-2002 sebesar 2,92 triliun yang tidak jelas penyalurannya itu antara lain berasal dari sebagian kelebihan dana ongkos naik haji (ONH) dan penarikan dana Rp.1 dari cukai rokok besar.
Akumulasi kejahatan yang diperbuat masyarakat kita telah menggiring bangsa ini menghampiri gerbang morat-marit. Pada permukaan ia berjubahkan krisis ekonomi atau moneter; pada akarnya ia mengorbit dari pelanggaran yang kita lakukan. Melihat persoalan di negeri ini tidak tepat menggunalan kaca mata ekonomi an sich. Persoalan mendasar bermula dari agregasi dosa yang dipioniri penguasa, pemegang otoritas. Karenanya, perspektif keimanan mendahului perspektif ekonomi.
Mengembangkan pemahaman. Berbicara tentang pemahaman bermakna berbicara tentang daya tangkap dan daya ungkap. Yang pertama bersifat internal dan yang kedua bersifat eksternal. Yang pertama berbicara mengenai penguasaan teoritis terhadap persoalan atau peristiwa sedangkan yang kedua mengenai cara mengkominikasikan, mensosialisasikan, dan mengekspresikan persoalan atau peristiwa yang hendak dibahas. Mengembangkan pemahaman meliputi dua unsur yang berkerja timbal-balik (resiprokal); reaksi (cara mendekati persoalan) dan aksi (cara menindaklanjuti pesrsoalan). Keduanya tidak bisa dilakukan tanpa didukung kekayaan dan orisinalitas referensi.
Majlis Syuro di suatu FSI fakultas melihat bahwa krisis yang menggejala dewasa ini dikalangan ADK adalah tidak PD dalam melaksanakan peremajaan, pembinaan dan pengayoman terhadap generasi baru. Untuk itu, Majlis Syuro melakukan langkah-langkah pembinaan via pengiriman kader-kader ke berbagai kegiatan atau media pemberdayaan diri. Ini hanya terwujud bila Majlis Syuro terlebih dahulu mengadakan ajang refleksi dan meretas forum dialog. Bila tidak, stok refleksi dari pelbagai persoalan tak lebih sekadar basa-basi berharga rongsokan, tidak mengatasi masalah, tidak bermanfaat buat orang lain. Dengan demikian, kelihaian mencermati persoalan perlu dibarengi dengan kelihaian mengkomunikasikannya dengan bahasa yang bisa dipahami oleh anggota. Daya teropong masalah ditopang oleh kekuatan bacaan, daya follow-up masalah ditentukan oleh kemampuan komunikasi dan retorika.
Meneguhkan keyakinan. Keyakinan merupakan prinsip, pegangan, dan idealisme yang mewarnai seseorang dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan. Ia meliputi keseluruhan bangunan dari sebuah pandangan hidup: refleksi-aksi, konsep-aplikasi, teori-praktik, atau ilmu-amal. Ia dicirikan oleh sebuah kekuatan atau simbol yang membuatnya kokoh dari berbagai perangkap dan tekanan; daya ikat. Keyakinan yang bersumberkan daya ikat yang kuat mewujud sebagai himpunan perspektif unggul dan pemahaman mumpuni, dan biasanya ini didapatkan dari bahan bacaan dan operasionalisasi langsung di lapangan secara intensif dengan melewati proses jatuh bangun.
Dalam hadîts diketehui bahwa tangan yang di atas lebih mulia dari tangan yang di bawah (al yad al-‘ulyâ khayr min al-yad al-suflâ ). Secara rasional, ini tidak masuk akal. Bukankah dengan memberi harta kita makin berkurang. Makin sering memberi, makin mengecil harta yang dipunyai. Namun, sejarah memberikan bukti bahwa orang-orang dermawan ternyata dianugerahi sekian rahmat oleh Allah; rezkinya lancar, kawan ada di mana-mana, ketika ia ada orang bersuka cita dan ketika tidak ada orang berduka cita. Seorang petugas kebersihan sangat menikmati pekerjaannya. Ia datang lebih duluan, mengepel lantai, menyediakan minuman buat karyawan, dan pulang paling kemudian. Walau penghasilannya kecil, ia merasa bahagia dengan pekerjaannya. Kenapa? Karena ia tidak lupa melibatkan Allah swt dalam niatnya sehingga Tuhan pun menolongnya dengan keteduhan hati. Sebaliknya seorang eksekutif yang punya kelimpahan harta; deposito dengan deretan angka yang panjang ke belakang, beberapa mobil Mercedez dan BMW yang memenuhi garasi rumahnya, serta rumah yang teramat megah malah tidak pernah nyenyak tidur di rumah. Mengapa? Karena ia kerap melupakan Tuhan di waktu lapang. Ia mengingat-Nya hanya di kala sempit. Baginya, Allah hanyalah tempat pelarian (escape mechanism), “tong sampah” untuk membuang uneg-uneg atau keluh-kesahnya, jin lampu Aladdin buat memenuhi hasrat piciknya.
Pelajaran seperti tersebut di atas bakal mendongkrak spirit iman kita dalam mengabdi kepada Allah swt. Begitu pula tarikh Nabi, para sahabat dan orang-orang suci yang agung. Termasuk di dalamnya sejarah, mitos dan sastra. Semua ini kebanyakan berasal dari bacaan.
Sementara, ketajaman analisa berfungsi dalam mempertajam fokus dan mengoptimalkan daya respon
Mempertajam fokus. Fokus adalah pusat masalah. Ia terkait dengan faktor penyebab atau latar belakang tertentu. Boleh jadi suatu masalah dipicu oleh sekian banyak faktor penyebab atau latar belakang. Tetapi, tetap saja ada satu faktor yang paling kuat melebihi kekuatan faktor-faktor lainnya. Jadi, mempertajam fokus berarti melihat sumber masalah dengan bobot (sebab dan akibat) yang paling kuat.
Kenakalan remaja bukan semata-mata disebabkan oleh karakter anak yang nakal, melainkan lingkungan yang berantakan, seperti broken home. Kemiskinan bukan hanya disebabkan oleh kemalasan berusaha, tetapi sistem yang tidak adil. Kejahatan bukan saja disebabkan jiwa yang urakan, melainkan kesombongan para penguasa. Dan kemusyrikan bukan sekadar masalah lemahnya akidah umat, tetapi prilaku apatis orang-orang berilmu.
Mengoptimalkan daya respon. Setiap masalah memerlukan terapi. Persoalan tertentu seyogianya diatasi dengan terapi tertentu. Tidak semua terapi dapat mengatasi semua masalah. Unsur ketepatan, karenanya, memegang peranan signifikan. Sehingga mengoptimalkan daya respon identik dengan usaha menemukan terapi yang tepat buat mengatasi persoalan. Kejelasan faktor penyebab menentukan ketepatan terapi masalah yang dihadapi.
Hilangnya silaturahmi dapat diatasi dengan makan malam keluarga di rumah, jalan-jalan bersama, liburan bersama keluarga, dsb. Kentalnya egoisme dipecahkan dengan bersama-sama menetapkan rencana kerja dan penetapan keputusan, saling memberi hadiah, belajar berkorban untuk orang lain, dsb. Kendornya rasa penghormatan ditanggulangi dengan berlomba-lomba mengucapkan salam, berjabatan tangan, memuji kebaikan anggota keluarga, dsb.
Memperluas wawasan dapat ditempuh lewat: berpikir “5W 1H”; brainstorming (curah gagasan); berpikir korelatif/asosiatif (menghubungkan sekian fakta, data dan angka demi mencari formulasi benang merah); berpikir general, lintas perspektif, dan interdisipliner; berani melemparkan atau memetakan hipotesis, tesis, antitesis, dan sintesis (keep questioning); sering turun ke lapangan atau aksi (banyak beramal), dsb. Sedangkan, mempertajam analisa dibangun dengan: rajin membaca; intens berdiskusi; dan tekun menulis. Ingat! Membaca membentuk pemahaman, berdiskusi membentuk kedalaman, dan menulis membentuk ketajaman.
Dua kekuatan ini tidak dapat tidak harus berjalan seimbang. Bila keduanya—wawasan dan analisa—bergerak tidak satu arah (bisa jadi ke segala arah, tidak tentu arah, atau kehilangan arah), yang mengapung adalah kesimpulan prematur, bahkan keliru. Kekompakan fungsi dan kerja dua hal tersebut memberikan kontribusi dalam menegakkan kesimpulan yang benar dan tepat.
Wawasan membantu kita mengetahui karakter suatu masalah. Adapaun analisa menolong kita menelaah terapi, resiko kegagalan, dan probabilitas kesuksesan penyelesaian masalah. Secara general, kenakalan remaja bisa berasal dari tabiat anak-anak yang nakal. Ini dibangun di atas pijakan wawasan. Namun, fakta kontemporer menunjukkan bahwa kenakalan remaja sebagian besar berawal dari faktor keluarga, seperti hilangnya silaturahmi, kentalnya egoisme, dan kendornya rasa penghormatan sesama anggota keluarga. Ini lahir dari ketajaman analisa.
Segala sesuatu tetap saja “dikaruniai” kelemahan. Kekuatan wawasan cenderung memproduksi gaya pikir harfiah, tekstual, dan literal; berorientasikan kebenaran; merujuk kepada keluasan, dan kuat dalam pemahaman. Kekuatan analisa lebih dikarakteristikkan oleh pola pikir substansial; berkiblatkan ketepatan; merujuk kepada kedalaman; dan kuat dalam pengembangan.
Setiap upaya membangun daya pikir kritis mesti mengawinkan keduanya. Dengan begitu, seorang pemikir kritis senantiasa berbicara dan bersikap dengan pola pikir literal-substansial, isi yang benar dan tepat, makna yang luas dan dalam, kuat dalam pemahaman dan pengembangan.
Keluasan wawasan diciptakan dengan literatur dan ketajaman analisa diolah dengan logika. Jika kita ingin menguasai literatur secara baik, sudah saatnya kita berhenti membaca apa yang kita inginkan. Tiba saatnya beralih membaca apa yang seharusnya kita baca. Jika kita ingin memperkuat logika, berupayalah berpikir secara sistemis dan terstruktur. Hindari model berpikir acak, melompat-lompat dan kehilangan fokus.
Riwayat Hidup
Nama : Donny Syofyan.
Tempat/Tanggal Lahir : Padang/11 Desember 1978.
Alamat : Jalan Sirsak IV No. 144 Perumnas Belimbing Kuranji
Padang 25157 Telp. (0751) 894335, HP 0812-6743579
E-mail : kokom_97@yahoo.com
Motto : Be The Best or Try to Be The Best
Nama Orang Tua
a. Bapak : Syofyan, B.A.
b. Ibu : Elismarni.
Adik
c. Adrian Syofyan (27 Maret 1984)
d. Elisa Fedora (25 Juli 1987)
e. Syukran Katsira (16 November 1993)
Riwayat Pendidikan : SDN Sukarami Solok (1985-1991).
SMPN Guguk Solok (1991-1994).
SMU 1 Gunung Talang Solok (1994-1997).
Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Andalas (1997-2002).
Pengalaman Organisasi
Ketua OSIS SMPN Guguk Solok (1992-1993).
Ketua OSIS SMU 1 Gunung Talang (1995-1996).
Ketua Bidang I Forum Studi Islam Fakultas Sastra Unand [FSI FSUA] (1998-1999).
Chief of Department of Research, English Student Association (1998-1999).
Ketua Bidang Penalaran Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sastra Unand [BEM FSUA] (1999-2000).
Ketua Departemen Sosial Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Andalas[ BEM KM-UA] (Pebruari-September 2001).
Pekerjaan : Dosen Sastra Inggris Fakultas Sastra Unand (2002-sekarang)
Kegiatan, Lomba, dan Prestasi yang pernah diikuti/dicapai.
Juara Harapan I Lomba Tenis Lapangan Tingkat Sumatera Tingkat Anak-anak di Bengkulu (1991).
Juara I Siswa Teladan Tingkat SLTP Kabupaten Solok (1992).
Juara III Siswa Teladan Tingkat SLTP Sumatera Barat (1992).
Peserta Terbaik I Penataran Ketua OSIS SLTA Se-Sumbar (1995).
Juara I Lomba Kelompok Pengejawantahan Butir 36 (KPB 36) Pancasila Tingkat SLTA Se-Sumbar.
Peserta Terbaik II Penataran Pemuda Visioner KNPI Sumbar (1997).
Ranking 10 Besar Peserta Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) Tingkat Nasional (1996).
Juara III Lomba Debat Pancasila Tingkat Unand (1998).
Ketua Panitia LKMM Tingkat Dasar BEM FSUA 1999.
Juara I Lomba Debat Bahasa Melayu Tingkat Unand (2000).
Ketua Panitia Pemilu Raya I BEM KM-UA (2000).
Juara I Lomba Mahasiswa Berprestasi Utama (Teladan) Tingkat Unand (2001)
Pemateri dalam berbagai acara/kegiatan, dll.
Publikasi
Sejumlah artikel telah diterbitkan dalam berbagai media massa, seperti Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Mimbar Minang, Padang Ekspress, Sumbar Mandiri, Majalah SAKS, Risalah Dakwah, dll.
1 Makalah disampaikan pada Pelatihan Jurnalistik LP2I F-MIPA Unand di Gedung F Fak. Kedokteran, Jati, Ahad, 29 Februari 2004.
2 Dosen Sastra Inggris Fakultas Sastra Unand dan kolumnis di berbagai media cetak.