Wednesday, 19 March 2025
above article banner area

BRIKET LIMBAH TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Penggunaan BBM dan Permasalahannya

Pemerintah memberikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membantu kegiatan ekonomi rakyatnya. Hal ini dikarenakan masih besarnya ketergantungan sektor ekonomi rakyat terhadap BBM. Karena besarnya subsidi yang diberikan pemerintah kepada bahan bakar minyak, sehingga pemerintah harus mengeluarkan dana APBN lebih besar lagi seiring meningkatnya harga minyak dunia, oleh sebab itu pemerintah beserta DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang pada UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas).

Beban subsidi BBM bagi pemerintah sangat berat. Setiap tahunnya pemerintah menganggarkan kurang lebih 50 triliun Rupiah untuk keperluan subsidi BBM (minyak tanah, premium dan solar). Subsidi BBM yang terbesar dikenakan pada minyak tanah. Hal ini dikarenakan minyak tanah merupakan sarana bahan bakar bagi berbagai keperluan rumah tangga sampai pada industri. Data terakhir menyebutkan bahwa subsidi minyak tanah sekitar Rp.3.800 setiap liternya dan menyedot hampir 50% dari total subsidi BBM. Kebutuhan minyak tanah sebagai salah satu elemen BBM memiliki kecenderungan yang terus semakin meningkat. Apalagi, kondisi tersebut diimbangi dengan semakin naiknya harga minyak dunia.

 

Dampak Kenaikan BBM Pada Sosial Politik

Secara sosial-politik kebijakan menaikkan harga BBM juga akan menimbulkan kerawanan sosial di masyarakat. Di tengah kehidupan sosial ekonomi yang semakin terhimpit krisis, kebutuhan hidup semakin melambung sementara daya beli masyarakat semakin rendah, bukan tidak mungkin masyarakat akan menunjukkan penolakan secara lebih luas dan intensif. Unjuk rasa terus-menerus akan sangat potensial menimbulkan ketidakstabilan sosial-ekonomi dan keamanan.

Kenaikan harga BBM juga memberikan dampak yang tidak langsung terhadap lingkungan. Kenaikan harga BBM yang menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk miskin akan berakibat pada munculnya berbagai permasalahan lingkungan. Permasalahan yang paling pelik, yaitu masyarakat tidak mau lagi merawat lingkungan dengan alasan mereka tidak punya biaya dan tenaga karena biaya untuk hidup saja terutama untuk makan sudah sangat sulit.

Permasalahan kerusakan lingkungan akibat kenaikan harga BBM tidak hanya disebabkan oleh masyarakat kecil melainkan juga masyarakat yang tergolong ke dalam kelompok pengusaha baik pengusaha kecil maupun pengusaha besar. Permasalahan lingkungan yang penting disini adalah masalah limbah dimana masih banyak perusahaan yang tidak siap dengan teknik pengolahan limbah karena untuk menerapkan teknologi pengolahan limbah ini dibutuhkan biaya cukup banyak. Problem teknologi mahal ini sering kali menjadikan perusahaan mencari jalan pintas yang murah, akibatnya limbah ke mana-mana. Namun, masalah lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan semata, tapi juga masyarakat luas dan negara.

Dampak Kenaikan BBM Pada Pertanian Di Indonesia

Pertanian di Indonesia memang banyak yang masih merupakan pertanian secara tradisional akan tetapi bukan berarti kenikan harga BBM sama sekali tidak memberikan dampak terhadap kehidupan para petani Indonesia.

Keterbatasan BBM yang merebak di seluruh tanah air berdampak serius bagi aktivitas perekonomian. Untuk subsektor tanaman pangan dampaknya signifikan. Penggunaan BBM pada usaha tani padi umumnya pada pengolahan tanah dan pengolahan hasil (pasca panen). Pengolahan tanah yaitu pembajakan dan penggaruan umumnya menggunakan traktor tangan (hand traktor). Alat mesin pertanian (alsintan) traktor tangan sudah memasyarakat di pedesaan. Hanya di daerah pasang surut dan rawa karena kondisi tanahnya yang labil jarang menggunakan alsintan ini.

Di daerah irigasi teknis, penggunaan traktor ini sangat penting karena untuk mengejar jadwal tanam. Jika disubstitusi dengan tenaga manusia akan sulit mengejar jadwal tanam 3 kali setahun. Sebuah traktor tangan berkekuatan 8.5 PK membutuhkan solar sebanyak ±18 liter/ha untuk pengolahan lahan sampai siap tanam yang memerlukan waktu ± 18 jam. Sampai tahun 1998 jumlah traktor tangan di Indonesia sebanyak 101.443 buah (BPS, 2004).

Sebagian petani di Indonesia juga menggunakan pompa air untuk mengairi sawahnya. Di Pulau Jawa pompa air banyak digunakan karena air irigasi tidak mencukupi, sumber air bisa dari air permukaan (sungai) atau air tanah.. Pompa air tanah (pantek) banyak digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pompa air berukuran 3 inchi dengan tenaga penggerak 8.5 PK membutuhkan solar sebanyak 60- 65 liter/ha pada musim hujan dan 110 –115 liter/ha pada musim kemarau. Jumlah pompa air di Indonesia sebanyak 764. 434 buah (2002).
Kemudian perontok padi (tresher) yang juga membutuhkan BBM solar. Jumlah mesin tresher di Indonesia sebanyak 41.676 buah (2002). Kemudian ada juga alat pengering padi (dryer) yang relatif sedikit digunakan oleh petani, jumlahnya di tanah air 5.525 buah (2002). Alat penyemprot hama (hand sprayer) sebagian menggunakan cara manual, yaitu dengan pompa tangan sebagian lagi dengan mesin penggerak. Jumlah alsintan hand sprayer di Indonesia sebanyak 37.661 buah (2002). Tapi naiknya BBM akan membuat petani beralih ke hand sprayer dan tresher manual.

Pukulan petani berasal dari dua arah. Pukulan pertama adalah kenaikan harga barang-barang konsumsi maupun kenaikan sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida yang membuat biaya produksi melonjak. Pukulan kedua adalah naiknya biaya transportasi produk hasil pertanian yang dipasarkan ke daerah perkotaan. Sebagai contoh, biaya transportasi komoditas beras dari Indramayu ke Jakarta saat ini sekitar Rp 100 per kilogram. Jika BBM dinaikkan 30 persen saja, maka kenaikan biaya transportasi bisa diatas 50 persen.

 

Penggunaan LPG Bersubsidi di Masyarakat

Sebagai solusi dari pemerintah adalah saat ini penggunaan minyak tanah telah di berhentikan di hampir seluruh wilayah Indonesia yang digantikan dengan penggunaan gas LPG. Masyarakat resah karena kurang tahu akan penggunaan gas LPG tersebut.

Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Kemudian selain itu program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah lingkungan.

Program konversi ini memiliki target sasaran rumah tangga dan usaha mikro. Target rumah tangga yang dikenakan program konversi ini antara lain adalah: ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan,  pengguna minyak tanah murni, kelas sosial C1 ke bawah (keluarga yang penghasilannya kurang dari 1,5 juta Rupiah perbulan), serta penduduk yang sah pada daerah tempat konversi tersebut dilakukan. Sedangkan Usaha Mikro yang dikenakan program konversi ini antara lain harus memiliki syarat: usaha mikro yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan produksinya, penduduk legal dari tempat konversi dilakukan serta memiliki surat keterangan usaha dari pemerintah kelurahan setempat.

Kebijakan konversi ini baik dilakukan, jika persiapan konversi ini benar-benar sudah matang dan siap untuk di terima oleh masyarakat. Ketidaksiapan dari masyarakat ini mengakibatkan banyak kejadian seperti akhir-akhir ini sering terjadi ledakan tabung gas terutama yang 3 kg, yang banyak merugikan jiwa dan harta.

Ambil contoh di Surabaya, selama pertengahan tahun 2010 ini, sudah ada dua ledakan yang disebabkan ledakan tabung LPG. Ledakan pertama terjadi di Jl Slompretan 8, Surabaya Rabu, 2 Juni 2010 menewaskan dua orang. Kedua, terjadi di Supermarket Sinar di Jl Bintoro Sabtu, 26 Juni 2010 yang membuat kerugian mencapai miliaran rupiah.

Akhir-akhir ini kita selalu mendengar terjadinya ledakan tabung gas baik isi 3 kg maupun 12 kg. Puluhan rumah rusak dan belasan orang meninggal dunia. Menurut data Litbang Kompas (Kompas Kamis 24 Juni 2010) selama 2008 terjadi 14 ledakan tabung gas dengan korban tewas dua orang dan 27 orang luka-luka, 24 rumah rusak dan 5 terbakar. Tahun 2009 terjhadi 7 peristiwa ledakan gas dengan 12 korban tewas, 21 luka-luka, 21 rumah rusak dan 231 rumah terbakar. Sementara tahun 2010 terjadi peningkatan yang sangat drastis memasuki semester pertama saja sudah terjadi 15 ledakan tabung gas dengan korban tewas 13 orang dan korban luka-luka 32 orang serta 49 rumah rusak dan tiga rumah terbakar.

Itu hanyalah sebagian ledakan yang saya utarakan, dimana ledakan gas sering terjadi semenjak awal konversi dilakukan. Meningkatnya peristiwa ledakan tabung gas tidak terlepas dari semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan gas dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk kebutuhan rumah tangga. Meningkatnya pengguna gas juga tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan program konversi dari bahan bakar minyak ke gas yang dilakukan pemerintah.

Pengaruh Penggunaan Briket Limbah Tongkol Jagung

Dari beberapa fakta-fakta yang terjadi diatas maka tim kami mempunyai gagasan untuk memanfaatkan tongkol jagung (Zea mays L.) sebagai briket. Tongkol jagung kami manfaatkan sebagai briket atas dasar bahwa daya panas yang dihasilkan dari pembakaran briket tidak kalah dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah. Disamping itu, briket memiliki kemampuan penyebaran api yang baik dan tidak mudah padam, dan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk pengasapan. Tanpa dikipasi pun briket mudah menyala dengan stabil.

Bagi masyarakat desa, tongkol jagung biasanya digunakan sebagai bahan bakar dengan cara membakarnya dengan minyak tanah. Tetapi usaha pemanfaatan tongkol jagung tersebut belumlah efektif, karena tongkol jagung yang dibakar hanya mampu bertahan beberapa menit saja. Selain itu tongkol jagung yang dibakar menghasilkan asap yang banyak dan dapat menjadi polutan, mempercepat warna dinding rumah menjadi usang serta menggangu pernapasan. Selain itu tongkol jagung yang dibakar untuk dijadikan bahan bakar juga perlu pengasapan agar api menyala dengan stabil dan tidak padam

Briket menjadi salah satu alternatif penggunaan bahan bakar. Briket memiliki beberapa keunggulan, antara lain : mudah dibuat, bahan pembuatnya mudah didapat, panas yang dihasilkan hingga 100° C dan juga mudah dalam pemakaiannya.

Hermin N Farid pada situs http://www.pikiran-rakyat.com dengan judul artikel : “Briket limbah menghilangkan sampah”, menyebutkan bahwa sejumlah kelebihan penggunaan briket adalah rasa dan aroma dari masakan. Dari percobaan hasil pengolahan masakan yang menggunakan kompor minyak tanah dan tungku briket, diperoleh cita rasa berbeda. Nasi terasa lebih pulen dan masakan lain lebih legit.

Menggunakan briket untuk bahan bakar memasak, terhitung lebih irit dibanding minyak tanah. Hitungan sederhananya, untuk keperluan memasak nasi, sayur, dan gorengan lauk, jika menggunakan kompor minyak tanah akan menghabiskan sekitar 1 liter minyak yang harganya sekarang ini paling tidak sekitar Rp 7.000-an. Sedangkan jika menggunakan briket cukup hanya mengeluarkan uang Rp 1.250 untuk keperluan memasak.

Mendengar kata briket, umumnya yang muncul dalam ingatan kita adalah briket batu bara. Briket batu bara selama ini dikenal sebagai bahan bakar alternatif. Namun selama ini pemanfaatan bahan bakar tersebut masih sebatas untuk bahan bakar bagi industri besar. Saat ini bahan untuk membuat briket tak hanya dari batu bara saja. Sampah organik pun juga bisa dimanfaatkan.

Indonesia sebagai Negara tropis sudah terkenal sejak dulu memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak. Hanya saja keanekaragaman hayati yang cukup banyak ini kurang dimanfaatkan secara optimal. Salah satu keanekaragaman hayati tersebut adalah tanaman jagung.

Jagung adalah tanaman yang hasil panennya dalam satu kali musim penanaman. Tanaman jenis ini menyelesaikan siklus hidupnya dalam rantang waktu satu tahun. Jagung bisa dipanen ketika usianya mencapai 80 hingga 150 hari, dihitung sejak penanaman. Dalam satu kali panen, pohon jagung yang rata-rata memiliki tinggi satu hingga tiga meter ini bisa menghasilkan 4 hingga 6 bonggol jagung.

Bila panen raya tiba, jagung yang telah diambil bijinya, menyisakan persoalan baru yaitu tongkol jagung yang menumpuk dimana-mana. Biasanya masyarakat menganggap tongkol jagung sebagai limbah yang dibuang ke tempat sampah. tongkol belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan, masyarakat sering menganggapnya sebagai limbah yang tidak berguna.

Share
below article banner

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *